SULSEL-Di tengah laju pertumbuhan populasi global dan konsumsi yang meningkat, masalah sampah telah menjadi salah satu tantangan terbesar yang dihadapi manusia pada abad ke-21. Dari kota metropolitan hingga desa terpencil, telah disaksikan dampak negatif dari pembuangan sampah yang tidak terkelola dengan baik.
Menurut data dari Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional (SIPSN) tahun 2023, terdapat 5.981.606.75 ton per tahun atau sekitar 33.08% sampah belum terkelola. Tentu saja ini menjadi masalah bersama karena dapat menimbulkan pencemaran lingkungan hingga ancaman terhadap kehidupan manusia dan satwa liar.
Dalam menghadapi masalah ini, seringkali ditemukan kesenjangan antara kesadaran akan pentingnya pengelolaan sampah dan tindakan nyata untuk mengatasi masalah tersebut. Paradigma pengelolaan sampah yang telah lama terpatri dalam masyarakat adalah tanggung jawab individu.
Setiap orang diharapkan untuk membuang sampahnya sendiri, mengurangi penggunaan plastik, dan memperhatikan daur ulang. Namun, pendekatan ini belum cukup efektif mengingat kompleksitas masalah sampah saat ini. Diperlukan langkah lebih lanjut untuk mengubah paradigma ini dari tanggung jawab individu menjadi tanggung jawab bersama.
Salah satu inisiatif yang muncul sebagai jawaban atas tantangan dan permasalahan ini adalah hadirnya program edukasi yang baru-baru ini diinisiasi oleh Trash Trap Indonesia dan MPGR Unhas, didukung oleh lembaga organisasi global “End to Plastic Waste”, serta bekerjasama dengan PT MallSampah Indonesia pada tanggal 16-17 Februari 2024 di Universitas Hasanuddin, Makassar.
Kegiatan ini merupakan respon terhadap meningkatnya kesadaran akan kompleksitas permasalahan pengelolaan sampah. Dalam pelatihan ini, para peserta mendalami konsep-konsep seperti marine debris, Trash Trap, pengelolaan sampah berbasis masyarakat, pengelolaan sampah plastik, dan persiapan menjadi evaluator lapangan. Materi pelatihan dirancang untuk memberikan pemahaman mendalam dan keterampilan praktis, dengan fokus pada teknologi inovatif Trash Trap sebagai solusi preventif terhadap pencemaran perairan.
Para peserta secara intensif terlibat dalam mempelajari konsep pengelolaan sampah dan praktik pemasangan serta pengoperasian Trash Trap. Antusiasme tinggi dari peserta tidak hanya mencerminkan keberhasilan dalam menyampaikan materi edukasi, tetapi juga menunjukkan komitmen mereka untuk berkontribusi dalam meningkatkan kondisi lingkungan.
Hasil dari pelatihan mencakup peningkatan pemahaman peserta tentang pengelolaan sampah secara umum dan berbasis masyarakat, pengetahuan yang lebih baik tentang penggunaan Trash Trap dan pengelolaan sampah plastik, serta pengembangan keterampilan sebagai evaluator. Diharapkan bahwa program ini dapat membentuk generasi muda yang lebih peduli dan aktif dalam menjaga keberlanjutan lingkungan, dengan mengadopsi solusi inovatif seperti Trash Trap.
Baca juga:
Banjir di Jalan Poros Pekkae-Soppeng
|
Pada dasarnya, kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran dan pemahaman marine debris para peserta. Marine debris adalah segala jenis sampah di laut yang dihasilkan manusia baik secara sengaja ataupun tidak sengaja. Selain itu, kegiatan ini juga diupayakan dapat meningkatan pengetahuan tentang teknologi Trash Trap, identifikasi dan pemahaman sampah berbasis masyarakat, serta pengembangan keterampilan evaluator.
"Trash Trap" merupakan istilah atau konsep yang menggabungkan teknologi dan partisipasi masyarakat untuk mengelola sampah secara lebih efisien dan berkelanjutan. Ide dasarnya adalah menggunakan perangkap atau jaring yang dipasang di aliran sungai atau saluran air untuk menangkap sampah sebelum mencapai laut atau lahan-lahan terbuka.
Mallsampah sendiri merupakan startup yang fokus pada permasalahan lingkungan dan ekonomi sirkular. Startup binaan Indigo Batch-17 ini memiliki prinsip inti bisnis yang bertujuan untuk mencapai nol polusi sampah pada tahun 2025 dengan memperkuat jaringan pengepul dan pemulung lokal.
“Kami mengapresiasi kegiatan seperti ini karena memiliki impact nyata bagi lingkungan dan kehidupan sosial masyarakat. Kami harap Startup MallSampah dapat terus berkolaborasi dengan berbagai pihak untuk terus berkontribusi dalam memecahkan masalah lingkungan di Indonesia” ucap Senior Manager Program Indigo, Patricia Eugene Gaspersz.
Indigo merupakan program inkubator dan akselerator startup milik PT Telkom Indonesia Tbk (Telkom), yang didirikan pada tahun 2013. Program Indigo https://indigo.id/ telah menginkubasi dan mengakselerasi lebih dari 200 startup digital di Indonesia, termasuk MallSampah, startup asal Sulawesi Selatan ini.
“Dengan adanya dukungan dari berbagai pihak, program pelatihan ini diharapkan dapat memberikan dampak yang lebih besar dan berkelanjutan dalam mengubah perilaku masyarakat dan mengurangi penggunaan plastik sekali pakai, ” tambah Adi Saifullah Putra, CEO MallSampah pada sesi khusus dengan tim Indigo (29/2/2023).
Mall Sampah menawarkan layanan zero waste yang mengedepankan gerakan mendaur ulang sampah bagi komunitas, instansi, atau individu. Seluruh layanan dan detail informasi dapat diakses melalui website https://www.mallsampah.com. Silakan dikunjungi!